14.3.08
Lonelyness
Saat mata terbuka aku terhenyak, dan pedih terasa tanpa lambaian tangan tuk bangkit, termenung sejenak, terbata sesaat, sadari diriku hanya sendiri, kupaksakan tubuh untuk bangkit tanpa tonggak, hanya terukur pada tolakan tangan, bagian badan telah tegap kini ku mulai jadikan kaki sebagai tumpuan beban ini, berdiri dengan sakit yang merobek, menengadah ke langit sulitnya tuk teriak “inilah diriku”, dan seru langit mengujar tubuh hina hanya sedepa, apakah yang bisa hina lakukan dengan kesendirian? Apakah cukup sedepa singkirkan kesendirian?,…tak seperti itu, malah itulah yang temaniku, lutut mengangkat tanda kudapat tapaki langkah pertamaku, langkah kedua, langkah ketiga, akan kuhitung hingga ku berlari, langkah keempat, langkah kelima, langkah keenam, langkah ketujuh, urat leher yang menghitung dan angkat tumpuan, langkah kedelapan, langkah kesembilan, langkah kesepuluh, langkah kesebelas, langkah kedua belas, langkah ketiga belas, hmm angka sial! Tak berpengaruh pada sosok sial, langkah keempat belas, langkah kelima belas, langkah keenam belas, dan langkah ketujuh belas, dengan urat yang merentang di sekujur, tubuh ini melayang berlari, dikanan ku putih terhampar, dikiri ku hitam memekat, sadari lari dengan kesendirian…
Subscribe to:
Posts (Atom)